Kira-kira jam 4 sore, ketika saya berada di daerah sekitar Puncak. Saat itu adalah waktu sholat Ashar untuk daerah Jakarta dan sekitarnya. Alhamdulillah saya diberi kekuatan untuk menunaikan kewajiban saya di sebuah mushola dekat situ. Selesai sholat kemudian duduk di sebuah tempat yang udah ditempati terlebih dahulu oleh seorang Bapak yang sudah cukup berumur namun terlihat masih gagah dan kuat.
Tak lama obrolanpun dimulai, mulai dari nama hingga kota asal, saya dan bapak tersebut terus mengobrol. Hingga sampai suatu ketika dia nanya Saya asli mana, kemudian saya jawab Padang ( karena orang2 tak begitu kenal dengan Bukittinggi apalagi Babuai yang merupakan kampung asli saya). Beginilah kurang lebih percakapan saya dengan bapak tersebut:
Saya (S), Bapak (B)
Saya (S), Bapak (B)
S: Assalamualaikum, permisi pak.(mo numpang duduk)
B: Ya silahkan. Abis sholat juga?
S: Ya pak.
B: Harus kaya gitu, kalo Islam, Islam seutuhnya jangan setengah2.
S: Ya, bener pak, Bapak sendiri lagi liburan?
B: Iya, nih lagi nungguin istri sholat, nama kamu siapa?
Kemudian saya memperkenalkan diri, begitu juga bapak tersebut.
B: Asli mana?
S: Padang pak.
B: Padangnya mana? (Sepertinya bapak ini mengerti kalo Minang itu bukan hanya Kota Padang).
S: Bukittinggi pak.
B: Oo itu mah bukan Padang, itu Bukittinggi.
S: Iya sih pak, tapi kadang orang sini nggak tau dengan kota-kota kecil di Sumatra Barat, makanya saya nyebuting Padang doank.
B: Emang bener itu, taunya Padang doank.
B: Sebagai orang Minang memang KAMU HARUS SHOLAT, karena bukankah falsafah Minang itu sendiri adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, jadi sebagai orang Minang, dan orang yang mengaku orang Minang maka sholat itu adalah kewajiban.
S: Seharusnya iya Pak, karena jika ada yang mengaku orang Minang tapi tidak sholat, apalagi keluar dari agama Islam, secara tak langsung maupun langsung dia telah keluar dari adat Minang, dengan kata lain dia bukan orang Minang lagi.
B: Ya, tapi lihat keadaan sekarang, kebanyakan orang Minang justru lebih identik dengan Nasi Padang, lebih identik dengan kaki lima, atau hal lain yang justru tak berhubungan dengan adat Minang itu sendiri.
S: Saya setuju banget Pak. Ini saya ada pembelokan fakta yang dilakukan oleh musuh Minang atau khususnya musuh Allah.
B: Makanya kamu harus terus sholat ya.
S: Ya pak, tadi kan sholat.
B: Tapi jauh lebih susah mempertahankan daripada memulai, makanya Bapak bilang terus sholat.
S: Insya Allah pak.
B: Oya istri Bapak udah selesai tu, Bapak pergi dulu ya. Ingat KONSISTENdan JANGAN SETENGAH-SETENGAH DENGAN AGAMA.
Setelah ngobrol sebentar dengan Istri Bapak tersebut, akhirnya Bapak tersebut pergi dengan Istrinya, meninggalkan saya sendirian.
Percakapan ini meski tidak semua dialog asli, karena saya lupa(terjadi kira-kira tahun 2006 atau 2007), jadi saya mencoba mengingat apa yang saya mungkin ingat, tapi percakapan saya dengan Bapak tersebut pernah terjadi.(Semoga Bapak ini yang saya sendiri telah lupa namanya siapa, dirahmati Allah).
Kesimpulan
Dari percakapan singkat tersebut, saya berpikir tentang apa yang disebutkan oleh Bapak sangat benar adanya, bahwasanya orang Minangkabau harus sholat, jangan ngaku orang Minangkabau kalau tidak sholat.
Beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari percakapan saya tersebut.
- Jangan setengah-setengah dalam menjalani sesuatu
Setuju dengan ini, karena jangankan setengah-setengah kita benar-benar serius aja, kadang kita tidak mendapatkan hasil yang telah kita impikan ketika kita memulai. Karena keputusan tetap ditangan Allah - Konsisten
Ini juga jauh lebih penting, ketika kita ingin mencapai sesuatu, dan kita mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut, bukan berarti selesai semuanya, justru perjuangan itu baru dimulai, karena sangat susah mempertahankan daripada mendapatkan.
Makanya menurut Saya sendiri, kenapa sholat itu dibuat 5 kali sehari agar kita konsisten dengan agama, dan mengajarkan kita untuk bersikap konsisten terhadap segala sesuatu dalam hal kebaikan. - Hati hati dengan perang pemikiran.
Ini juga sangat berbahaya dan banyak terjadi saat ini, lihat bagaimana media saat ini berusaha memutar fakta, meyakinkan pada anak-anak sekarang kalo budaya-budaya Barat adalah hal yang bisa diterima oleh kita, lihat disekitar kita remaja-remaja putri sekarang, lebih senang berpakaian ala Barat, yang sangat tak senonoh, bahkan yang lebih parah mereka bangga jika mereka sudah tak perawan lagi.(Astaghfirullah).
Saya sendiri sebagai anak muda sangat prihatin, meski kadang jiwa muda saya berkata lain.(Mudah-mudahan Allah melindungi hati Saya). - Orang Minang harus sholat.
Inilah inti dari tulisan yang saya tulis ini, yaitu tentang kewajiban orang keturunan Minangkabau untuk menunaikan sholat 5 waktu.
Hal ini menjadi wajib karena adat Minang bersumber kepada Kitabullah(Alquran), meski Injil, Taurat dan Zabur juga kitab Allah namun kebanyakan isinya telah diubah. Alquran sendiri mewajibkan umatnya untuk sholat 5 waktu sehari, dan jika kita mengacu pada Alquran maka ini juga menjadi kewajiban bagi orang Minang, untuk sholat 5 waktu sehari.
Jadi sekali lagi saya tegaskan sholat adalah kewajiban untuk umat Islam dan tentu saja juga orang Minang.
0 comments:
Post a Comment